Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018

Hipertensi Menyebabkan Mata Minus, Benarkah?

Sumber : google.com Tak sedikit orang yang mengalami gangguan penglihatan, seperti mata minus. Beberapa faktor penyebab mata minus yang sudah biasa kita dengar adalah faktor ginetik, gizi tak seimbang, kerja mata terlalu ekstra keras, dan satu lagi yang sering disebut namun masih banyak orang yang meragukan kebenarannya yaitu akibat dari hipertensi. "Kalau untuk tekanan darah tinggi, secara patofisiologi penyebab penyakitnya adalah di pembulu darahnya, di mata ada gak pembuluh darah?," tanya dr. Rina La Distia Nora, SpM (K), PhD, yang temui di bilangan Menteng, Jakarta, Selasa, (30/10). Menurutnya, seseorang yang mengalami tekanan darah tinggi cenderung memiliki pembuluh darah yang lebih kaku. Sedangkan, di bagian mata ada saraf pada retina, yang memilikk banyak pembuluh darah. Rina menyimpulkan, hipertensi dapat menganggu penglihatan seseorang bukanlah mitos. "Jadi pembuluh darah di retina itu, yang mempersarafi retina. Kalau hipertensinya tidak terk

Tercatat Sudah Ada 185 Data Antemortem Korban Lion Air JT 610

Sumber : google.com Hingga Selasa sore tercatat hampir mencapai 185 data antemortem korban kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 yang masuk di Rumah Sakit Polri Soekanto, Kramat Jati Jakarta Timur. Kepala Rumah Sakit Polri Kramat Jati Jakarta Timur Komisaris Besar Polisi Musyafak mengatakan bahwa hingga saat ini data antemortem yang telah diterima sudah mencapai 185 buah, sementara untuk pemeriksaan DNA sudah terkumpul sekitar 70-an. "Masih berlangsung proses pengambilannya," ucap Kombes Musyafak Selasa (30/10). Ia juga menambahkan bahwa ada beberapa dari keluarga korban yang tidak dapat hadir ke posko antemortem RS Polri Kramat Jati. Sementara untuk proses identifikasi dengan pemeriksaan DNA, Kombes Musyafak menegaskan paling cepat pihaknya akan memberikan hasil dalam empat hingga lima hari kedepan. "Ketika (keluarga) tidak bisa datang kesini, bisa kita ambil ke sana. Kalau keluarganya tidak bisa ke posko, kita yang datang," ujar dia. "Nanti seti

Sedikit Kisah Tuti Buruh Migran Yang Dieksekusi Mati Di Arab

Kabar duka kini kembali menyelimuti Indonesia, pasalnya salah satu buruh migran asal Indonesia telah di eksekusi mati di Arab Saudi. Komisioner Komnas Perempuan Taufiq Zulbahri menyebut Tuti berangkat menjadi buruh migran untuk menopang ekonomi keluarganya setelah menjadi korban dari kekerasan dalam rumah tangga. Sampai akhirnya ia dieksekusi mati di Arab Saudi. Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan memberi penilaian bahwa eksekusi mati yang menimpa buruh migran asal Majalengka, Jawa Barat, Tuti Tursilawati, di Arab Saudi merupakan akumulasi dari persoalan kekerasan berbasis gender. Sayangnya, berdasarkan penuturan keluarga Tuti kepada Komnas HAM, setelah bekerja di sana pun dia tetap mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari majikannya. "Tuti mengalami pelecehan seksual oleh majikan, dan ekspresi kekerasannya merupakan akumulasi kemarahan maupun pertahanan yang dapat dia lakukan," Ucap Taufiq sebagaimana laporan Antara. Dakwaan terhadap eksekusi

Penyerahan Bukti Oleh MAKI Terhadap Kasus Century

Koordinator  Masyarakat Anti Korupsi Indonesia  ( MAKI ) Boyamin Saiman dan anak mantan Deputi Gubernur BI Bidang Pengelolaan Moneter dan Devisa Budi Mulya, Nadia Mulya, telah mendatangi KPK untuk menyerahkan banyaknya dokumen bukti kasus Bank  Century  yang telah mereka kumpulkan selama ini.  "Rabu (19/9) siang, kami akan datangi kembali KPK guna menyerahkan dokumen bukti untuk kasus Century guna mempercepat penanganan perkara Century," tegas Boyamin Saiman saat ditemui Antara di Jakarta, Selasa (18/9) malam. Bukti yang ada itu memang sangat perlu untuk diserahkan ke KPK, karena kepentingan bagi  MAKI  adalah untuk memperkuat praperadilan yang sudah didaftarkan di Pengadilan Negeri Pusat Jakarta Pusat. Sebenarnya  MAKI  sendiri juga sudah mempraperadilankan kembali KPK karena amar putusan Praperadilan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 24/Pid.Prap/2018/PN.Jkt.Sel menyatakan memerintahkan termohon (KPK) untuk melakukan proses hukum selanjutnya sesuai dengan

Bamsoet Mendesak KPK Untuk Mengusut Secara Tuntas Kasus Century Ini

Asia Sentinel, media daring yang sempat membuat heboh masyarakat Indonesia tentang artikel yang mengungkap adanya keterlibatan Presiden ke-6 RI  Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)  atas kasus pencucian uang melalui Bank  Century  kini menuai banyak polemik, terutama   dari Ketua DPR  Bambang Soesatyo (Bamsoet)  yang kemudian menanggapi polemik itu. Bamsoet sendiri juga meminta agar kasus ini tidak dibiarkan menggantung. Maka dari itu yang bisa dilakukan ialah mendesak  KPK  untuk segera menuntaskan kasus tersebut. "Jangan sampai ini (kasus Bank  Century ) terus menggantung dan merugikan SBY itu sendiri," tegas  Bamsoet . "Kita mendukung langkah SBY menarik ini ke ranah hukum," lanjut  Bamsoet  saat ditemui didalam gedung DPR. Sebagai inisiator Hak Angket  Century  saat itu,  Bamseot sendiri juga   telah merekomendasikan dugaan perbuatan melanggar hukum dan ia juga meminta KPK untuk segera menuntaskan skandal Bank  Century  ini. Tetapi denga

Keterlibatan SBY Dengan Kasus Century Akan Diungkap Tuntas Novanto

Setya Novanto kali ini kembali membuat heboh masyarakat Indonesia dengan pernyataannya, yang katanya akan membeberkan secara rinci tentang keterlibatan SBY dengan Kasus Century ini. Dengan adanya banyak bukti keterlibatan SBY dalam kasus  Century  yang telah merugikan negara itu akan diungkap oleh  Setya Novanto . Yang menurutnya, bukti yang ia punya sudah sangat akurat dan kuat terkait dengan kasus  Century  ini.  "(Saya yakin) sangat kuat (datanya)," Tegas Novanto. Tapi ternyata, hal itu disampaikan  Novanto  ketika menjawab sebuah pertanyaan yang diberikan oleh awak media terkait ada atau tidaknya hubungan Susilo Bambang Yudhono (SBY) dalam kasus pemberian persetujuan penetapan pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) kepada PT Bank  Century  tersebut. "Nanti saya akan ungkap sejelasnya di KPK nanti," kata  Novanto  saat ditemui di Pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat, Jumat (14/9). Saat itu,  Novanto sendiri sebagai Ketua Fraksi Gol